Jabatan dan Kuasa
Apa itu jabatan?
Ia adalah tangga yang didaki manusia,
Singgasana yang didambakan,
Kursi yang diperebutkan,
Sebuah gelar yang membentuk wajah-wajah baru.
Mengapa orang menginginkannya?
Apakah karena nama yang akan tertulis dalam sejarah?
Apakah karena kehormatan yang mengalir bagai arus sungai?
Atau karena kekuasaan yang menggoda jiwa-jiwa rapuh?
Dari mana datangnya kata jabatan?
Dari bahasa yang mencipta hierarki,
Dari tangan yang menata aturan,
Dari zaman yang mengangkat manusia ke singgasana
dan menjatuhkan mereka dalam kehampaan.
Lihatlah mereka yang haus akan jabatan,
Mata mereka menyala dalam kelam,
Tangan mereka merangkak, mencengkeram,
Langkah mereka penuh siasat dan tipu daya,
Mereka berbisik dalam kegelapan, merajut benang-benang kepalsuan.
Ketika tangan menggenggam kekuasaan,
Apakah jiwa tetap suci?
Apakah hati tetap jernih?
Ataukah kuasa menjelma racun,
Yang perlahan merusak nurani?
Mereka yang dulu rendah hati,
Kini bicara dengan suara yang menggema,
Mereka berjalan dengan kepala terangkat,
Tak melihat ke bawah, tak peduli siapa yang tertinggal,
Tak peduli tangan-tangan yang merintih,
Tak peduli tangisan yang terabaikan.
Namun, tatkala kaki tersandung,
Tatkala kejatuhan menyapa,
Tatkala kesakitan menyusup dalam dada,
Barulah mereka merintih,
Barulah mereka mencari tangan yang dulu diabaikan,
Barulah mereka mengingat bahwa mereka bukan segalanya.
Ke mana akal itu pergi?
Ke mana budi pekerti bersembunyi?
Di mana kebijaksanaan yang dulu mereka janjikan?
Hilang, tenggelam dalam lautan keserakahan,
Hancur, terkikis oleh ambisi tanpa batas.
Satu kata yang muncul dalam menjabat: kuasa.
Kuasa yang menyilaukan mata,
Kuasa yang mengaburkan kebenaran,
Kuasa yang membuat manusia lupa akan batasnya.
Apakah mereka lupa bahwa ada yang Maha Kuasa?
Apakah mereka teledor mengira diri mereka Tuhan?
Mereka mengklaim diri sebagai penguasa dunia,
Padahal mereka hanyalah bayangan yang akan sirna.
Mereka mengira orang di bawah mengaguminya,
Mereka mengira pujian adalah ketulusan,
Mereka lupa bahwa kekuasaan itu fana,
Bahwa semua itu hanya sementara.
Namun, roda tak pernah berhenti berputar,
Hari ini mereka di puncak, esok mereka di bawah,
Hari ini mereka berkuasa, esok mereka terlupakan.
Dan ketika waktu menelan namanya,
Apakah mereka akan dikenang dengan hormat,
Ataukah dicaci dalam sejarah?
Maka tanyakan pada diri sendiri,
Untuk apa jabatan itu dikejar?
Untuk apa kuasa itu direbut?
Untuk apa nama itu ditinggikan?
Jika akhirnya semua kembali ke tanah,
Jika akhirnya semua sirna dalam waktu,
Jika akhirnya hanya amal yang berbicara.
Jabatan bukanlah tujuan,
Jabatan bukanlah takhta abadi,
Ia hanyalah ujian bagi hati,
Ia hanyalah cermin bagi nurani.
Mereka yang memegangnya dengan kesombongan,
Akan jatuh dalam kehinaan,
Mereka yang memegangnya dengan ketamakan,
Akan terkubur dalam kehampaan.
Namun mereka yang menjadikannya amanah,
Mereka yang memegangnya dengan rendah hati,
Mereka yang tetap melihat ke bawah,
Mereka yang tetap mendengar suara lemah,
Mereka yang ingat bahwa mereka hanyalah hamba,
Mereka itulah yang akan dikenang dalam kemuliaan.
Maka tanyakan sekali lagi,
Apakah jabatan itu berkah atau kutukan?
Apakah kuasa itu anugerah atau racun?
Dan jika suatu hari kau berada di atas,
Apakah kau akan tetap menjadi manusia,
Ataukah kau akan menjadi bayangan dari dirimu sendiri?
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “Sesungguhnya segala amal tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan.”
[HR. Bukhari dan Muslim]