Notification

×

Kategori Tulisan

Cari Tulisan/Kata/Judul

Iklan

Iklan

#faarsyam

Budaya Kerja Ekstrem di Tiongkok: Ketika Ambisi Mengorbankan Keseimbangan

Rabu, 21 Mei 2025 | Mei 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-21T07:01:29Z




"Fenomena kerja berlebihan seperti sistem “996” (jam 9 pagi hingga 9 malam, 6 hari seminggu) telah membentuk wajah ekonomi Tiongkok modern. Namun, di balik lonjakan pertumbuhan ekonomi, muncul tantangan besar bagi kesejahteraan para pekerjanya."


Pendahuluan

Ekonomi Tiongkok dikenal sebagai salah satu yang tumbuh paling pesat di dunia. Di balik keajaiban ekonomi ini, terdapat realitas keras dunia kerja yang menuntut tenaga, waktu, dan kesehatan mental para pekerjanya. Istilah “996” menjadi simbol betapa jam kerja di negeri ini dapat menekan batas manusiawi.


Akar Budaya Kerja Keras Tiongkok

Sejak era Deng Xiaoping, ketika reformasi ekonomi dimulai pada akhir 1970-an, Tiongkok mendorong produktivitas dan efisiensi dalam segala sektor. Budaya kerja keras yang telah ada sejak zaman kekaisaran semakin diperkuat oleh dorongan negara untuk menjadi pemimpin global dalam industri dan teknologi.

Seiring waktu, tuntutan terhadap performa dan hasil yang tinggi melahirkan sistem kerja intensif seperti “996”, terutama di perusahaan teknologi dan manufaktur.


Sistem “996”: Simbol Ambisi dan Tekanan

Walau tak tercantum secara legal, praktik “996” menjadi hal lumrah di banyak perusahaan swasta Tiongkok. Para karyawan bekerja selama 72 jam per minggu demi mengejar target perusahaan—kadang tanpa upah lembur.

Beberapa dampak serius dari sistem ini:

  • Kesehatan Terancam: Tekanan kerja berkepanjangan menyebabkan stres berat, kelelahan kronis, dan dalam beberapa kasus, kematian mendadak.
  • Hidup Pribadi Terpinggirkan: Waktu untuk keluarga dan diri sendiri hampir tidak ada, menyebabkan alienasi sosial dan kesepian.
  • Produktivitas Tidak Selalu Naik: Studi menunjukkan bahwa kerja terlalu lama bisa menurunkan kualitas keputusan dan meningkatkan risiko kesalahan.

Gerakan Perlawanan: Tang Ping dan Bai Lan

Munculnya filosofi hidup “tang ping” (berbaring datar) menjadi bentuk perlawanan pasif dari generasi muda. Mereka memilih keluar dari persaingan ketat dan menolak ambisi karier yang mengorbankan kebahagiaan pribadi. Menyusul kemudian adalah “bai lan” (biarkan membusuk), sebuah bentuk penolakan terhadap ekspektasi sosial yang berlebihan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya anak muda, mulai mempertanyakan nilai dari pengorbanan ekstrem demi prestise atau kemajuan ekonomi.


Tanggapan Pemerintah dan Perubahan Regulasi

Pemerintah Tiongkok mulai merespons keresahan ini. Mahkamah Agung pada tahun 2021 menyatakan bahwa sistem kerja “996” melanggar hukum ketenagakerjaan, mendorong perubahan perlahan di lingkungan kerja, meskipun pelaksanaannya masih menjadi tantangan.


Tiongkok di Tengah Rivalitas Global

Di sisi lain, Tiongkok tidak memperlambat ambisinya. Melalui program seperti “Made in China 2025”, negara ini ingin menjadi pionir dalam sektor teknologi tinggi dan produksi canggih. Namun, tekanan global seperti perang dagang dengan AS dan tantangan internal memaksa Tiongkok untuk meninjau kembali fondasi pertumbuhan ekonominya, termasuk soal keseimbangan kerja-hidup masyarakatnya.


Kesimpulan

Etos kerja keras di Tiongkok memang telah mendorong negara itu menjadi kekuatan ekonomi global. Namun, tuntutan berlebihan yang melekat dalam budaya kerja ekstrem menimbulkan konsekuensi serius. Kini, masyarakat Tiongkok menghadapi dilema: bagaimana melanjutkan laju pertumbuhan tanpa mengorbankan kesejahteraan manusia?

Masa depan budaya kerja Tiongkok akan sangat ditentukan oleh bagaimana negara, perusahaan, dan generasi muda menegosiasikan ulang nilai antara produktivitas dan kualitas hidup.


Referensi yang Direkomendasikan:

  1. China’s Economic Rise: History, Trends, Challenges – everycrsreport.com
  2. Court Ends 996 Work System – woodburnglobal.com
  3. Tang Ping: Resistance Among Chinese Youth – ft.com
  4. Made in China 2025 Strategy – ft.com
  5. 996 Working Hour System – Wikipedia

Bacaan Lanjutan:

  • "China's Economy: What Everyone Needs to Know" – Arthur R. Kroeber
  • "The Party: The Secret World of China's Communist Rulers" – Richard McGregor
  • "Reformasi Ekonomi Tiongkok dan Kebangkitan Renminbi" – Chen Yulu


إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Artinya: “Sesungguhnya segala amal tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan.”

[HR. Bukhari dan Muslim]

#FYI

×
Dukung Saya Beri